Membedah Persaingan All New Rush Vs Xpander

Posted on

Membedah Persaingan All New Rush Vs Xpander – Eiji Fujibayashi harus tinggal setahun di Indonesia demi sebuah tugas menghadirkan model teranyar mobil Toyota. Chief Engineer Toyota ini merupakan “otak” di balik wajah baru All New ToyotaRush yang diluncurkan Kamis pekan lalu (23/11). “Demi mencari tahu mobil apa yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat Indonesia,” kata Eiji.

Membuat produk sesuai “keinginan masyarakat” adalah hal yang mutlak jika ingin memenangkan persaingan. Mitsubishi pun melakukan hal yang sama.

Tsunehiro Kunimoto, Corporate Vice President, Design Division Mitsubishi Motors Corporation (MMC), tokoh sentral kelahiran Mitsubishi Xpander mengatakan desain besar Xpander lahir dari riset selama tiga tahun dan survei apa yang diinginkan konsumen di Indonesia tentang mobil MPV.

“Sebenarnya Xpander dirancang oleh para konsumen kami. Saya hanya mewujudkan pemikiran, kebutuhan dan keinginan mereka menjadi sebuah kendaraan,” kata Tsunehiro Kunimoto.

Baca : Lima Perbedaan Jelas Mobil Terbaru Xpander dan Rush Baru 2018

Secara tegas Mitsubishi mengakui mobil rancangan Kunimoto ini mengambil tampilan dan mengkonsepkan ketangguhan Xpander seperti SUV, tapi tetap nyaman dan lapang sebagai sebuah MPV.

Rupanya Toyota punya alibi yang sama saat menelurkan mobil barunya. “Jenis kelamin” All New ToyotaRush yang terlahir sebagai SUV mencoba diakomodir dengan cita rasa MPV yang bisa menampung 7 orang dengan kabin yang lebih lapang karena hilangnya “konde” atau spare tire di bagian belakang mobil Rush tipe lama, dengan alasan mengikuti tren desain SUV terkini.

Hasilnya, All New Rush lebih panjang 230 mm dari model lawasnya. Bagian bokong entry level SUV ini jadi memanjang hingga 4.435 mm, nyaris sama dengan panjang Xpander yang 4.475 mm. Intinya, secara dimensi kedua kendaraan ini punya ukuran yang tak jauh berbeda.

Kedua mobil ini memang beda segmen, tapi ada garis potong soal harga Rush/Terios dan Xpander. Harga varian termurah All News Rush yang diperkirakan naik Rp3-4 juta dari versi lawas, ditaksir menjadi harga varian tertinggi Xpander Ultimate A/T yang untuk OTR Jabodetabek Rp245,350 juta. Namun, bila disandingkan dengan harga “saudara”  Rush yaitu Daihatsu Terios dalam rentang Rp190-250-an juta, persis dengan rentang harga Xpander saat ini.

Bagi Mitsubishi ini tentu jadi persoalan, setidaknya dari peta peminat Xpander sejak diluncurkan Agustus 2017 lalu di ajang IIMS. Hingga awal November 2017, separuh lebih dari 30 ribu lebih peminat Xpander yang telah dipesan adalah tipe tertinggi atau Ultimate yang harganya diperkirakan sejajar dengan Toyota Rush tipe terbawah, maupun Daihatsu Terios teratas.

“Di atas 50 persen untuk tipe ultimate,” kata Head of PR & CSR PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Intan Vidiasari kepada Tirto.Harga yang nyaris mirip, membuat fitur yang ditawarkan masing-masing mobil tak jauh berbeda, soal keamanan misalnya All News Rush sudah menggendong teknologi Hill Start Assist Control (HSA) dan Vehicle Stability Control (VSC) yang di Mitsubishi Xpander dilabeli dengan nama Active Stability Control (ASC). Namun, All New Rush maupun All New Terios masih setia mempertahankan roda penggerak belakang, berlawanan dengan Xpander yang memakai penggerak roda depan.

Beberapa pertanyaan muncul terkait kehadiran All New Rush/Terios. Mengapa waktu kemunculannya berjeda hanya sekitar dua bulan dari kemunculan Xpander? Apalagi pertengahan November merupakan masa “bulan madu” Mitsubishi sedang panen pemesanan dan pengiriman.

Bagaimana segmen All New Rush yang berjenis SUV mencoba berupaya mendapatkan cita rasa MPV. Menggunakan istilah Toyota “tough and dynamic” atau bahasa sederhananya Toyota ingin pemakai All New Rush merasa punya SUV tapi mobilnya punya fungsional seperti MPV yang unggul dalam hal luas kabin.

“Jadi SUV All New Rush ini bukan diubah sebagai MPV-MPV-an, tapi di segmen SUV ada yang berubah, ada konsumen yang butuh SUV tapi tetap butuh kelegaan ruang,” kata Public Relation Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Rouli Sijabat kepada Tirto.

Rouli menggarisbawahi kemunculan sebuah model mobil baru biasanya telah disiapkan 3-5 tahun sebelum peluncuran dengan mempertimbangkan demografi, prospek segmen pasar mana yang akan berkembang di masa depan, dan banyak faktor lainnya. Rouli sebenarnya ingin menegaskan bahwa kemunculan All New Rush bukan maksud membuntuti setelah kedatangan Mitsubishi Xpander yang meluncur Agustus lalu.

Namun, adanya kebiasaan “saling intip” antarkompetitor dalam persaingan bisnis otomotif, sulit rasanya kehadiran Rush/Terios terbaru tak terkait kemunculan Xpander, meskipun keduanya sudah disiapkan beberapa tahun sebelumnya.

“Masalahnya waktu peluncurannya tak ada yang tahu, walaupun kita sudah tahu dari data intelligencekalau kompetitor akan mengeluarkan produk,” katanya.

Baca : Promo Toyota Solo Dp 0 Rupiah Untuk Mobil Avanza

Rouli boleh saja beralibi, tapi tetap saja bagi kompetitornya terutama Mitsubishi dengan Xpander-nya, kehadiran All New Rush/Terios jadi momen yang membuat mereka harus memacu kewaspadaan. Head of Sales & Marketing Region 1 Departement PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI)Budi Dermawan Daulay, pernah mengatakan kehadiran All New Rush/Terios memang pastinya punya pengaruh, tapi belum terukur sampai mana dampaknya. Saat ini memang para konsumen Xpander yang sudah melakukan Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) butuh inden untuk mendapatkan Xpander.

“Khawatir pindah sudah jelas, tetapi kami juga sudah menyiapkan beberapa kegiatan buat konsumen Xpander yang masih inden. Ini sebagai bentuk apresiasi kami kepada konsumen,” ujar Budi seperti dikutip dari Kompas.

Adanya respons terhadap potensi ancaman dari kompetitor jadi hal yang wajar, apalagi pasar dua segmen ini memang cukup besar. Pasar MPV kurang lebih sekitar 40 persen dari seluruh model mobilyang terjual setiap tahun.

JD Power dalam laporannya di 2016 lalu, pangsa pasar entry level SUV seperti Daihatsu Terios, Honda BRV, Honda HR-V, Mazda CX-5, Mitsubishi Outlander Sport, dan Toyota Rush telah berlipat ganda dalam tiga tahun terakhir menjadi 16 persen pada 2016 dari 8 persen di 2014.

Bila digabungkan kedua segmen ini sudah separuh dari total pasar mobil di Indonesia, ini lah yang menjawab mengapa SUV dan MPV begitu seksi menjadi pertaruhan memperebutkan pasar di tengah pasar yang sedang menghendaki “perkawinan” dua jenis kelamin.